My Journey...

Serpihan cerita dari Vietnam dan Cambodia : city tour? sleeping bus? sitting bus? bus umum? siapppp!!!

Setelah cerita tentang hostel, sekarang saya mau berkisah tentang segala macam alat transportasi yang kami (saya dan papi) tunggangi (dih,, istilahnya nggak banget yee,,,)

Dimulai dari bandara Tan Son Nhat, Ho Chi Minh City… Karena hari sudah malam pada saat landing, dan bus umum sudah tidak ada, mau tak mau kami harus naik taxi dari bandara ke Pham Ngu Lao Street. Dibantu oleh Mila, seorang warga negara Malaysia yang sudah lama bekerja di sini, hasil SKSD (sok kenal sok dekat) di imigrasi bandara, kami hanya tinggal duduk manis di taxi. Bagaimana tidak? Mila yang nego harga, ia juga yang menunjukkan rute ke hostel kami. Tuh kan, orang Malaysia baik kok…

Kami naik taxi bersama Seva, seorang rekan senasib yang baru pertama kali juga menginjakkan kakinya di kota ini.. Jadi taxi meluncur dulu ke hostelnya Seva di Yersin Street, baru ke Pham Ngu Lao Street. Total harga yang harus dibayar adalah 185.000 Dong (1 US$ = 20.000-21.000 Dong). Setelah patungan, saya hanya tinggal membayar 85.000 Dong saja. Menurut literatur yang kami baca, harga taxi dari bandara ke Pham Ngu Lao hanya sekitar 130.000-150.000 Dong saja, dan itu pula yang dikatakan Mila sebelum kami berpisah di bandara. Wah, kayaknya kami dapet taxi argo kuda nih, ato jangan-jangan kami diputer-puterin dulu kali ya,, mana si driver itu juga menurunkan kami di sembarang tempat di Pham Ngu Lao, untunglah… sudah dekat dengan hostel…

O, iya, tipe taxinya bukan sedan kayak disini, tapi sejenis Inova, dengan stir di kiri.. agak bingung juga waktu mau noel si papi, eh, kok malah hampir noel si driver… weee… salah sudut pandang euy,,,

Taxinya berAC, dengan argo yang bikin bingung, karena banyak banget angka yang muncul di display.. wedeh… jadi ongkosnya itu yang bagian mana, pak?

Di Ho Chi Minh City, kami dua kali mengikuti tour. Yang pertama, kami ikut tour ke Cu Chi Tunnel dan Cao Dai Temple. Booking dilakukan via hostel. Menurut aturan, booking harus dilakukan hari sebelumnya, sebelum jam 10 malam. Tapi, kami booking setelah jam setengah 11. Yah, sempat digantung juga sih semalaman, tapi untungnya, beberapa menit setelah jam 7 pagi, kami dapat kepastian bahwa kami bisa ikutan tour. Yipiee,,,

Pada tour ke Cu Chi dan Cao Dai ini, travel agent yang mengadakan adalah TNK Travel. Kami sih dijemput di depan hostel. Tapi dari botol air minum yang diberikan, kami jadi tahu alamat mereka : 220 De Tham Street, District 1 HCMC. Branch officenya di 159 Pham Ngu Lao Street District 1, HCMC. Tel : +84 (08) 39204766 – 39204767 – 39205847. Fax : +84 (08) 39205377. Email : vietnamtnktravel@hcm.vnn.vn. Website : http://www.tnktravelvietnam.com.

Guidenya OK, walaupun bahasa Inggrisnya masih agak bikin bingung (hehehe,,, jangan-jangan kuping saya yang bolot,,,), pelayanannya juga OK, dapat air minum dan busnya ber-AC, Harganya : 7 US$/ orang, akomodasi bus 3/4 AC, biayanya tidak termasuk entrance fee Cu Chi seharga 90000 VND.
Rutenya : makan siang dekat Cao Dai Temple – Cao Dai Temple – Cu Chi Tunnel.
Berangkat  pk. 08:30 dan kembali pk, 17.30

Niatnya… setelah pulang tour ini kami mau langsung booking night bus ke Siem Reap, Kamboja, tapi apa daya, karena waktu itu (Januari) adalah peak time untuk wisata di sana, maka kami gak kebagian night bus.. jreng jreng,,, rencana harus disusun ulang nih…

Kenapa sih kami memilih night bus? alasannya simple : menghemat waktu, dan menghemat biaya hostel,, dan terbukti memang lebih hemat, walaupun berefek pegal-pegal,,,

Akhirnya kami menambah satu malam lagi di Ho Chi Minh City, tapi tak lupa kami booking dulu night bus buat besok malamnya. Esok paginya, kami berencana untuk keliling kota dengan modal dengkul dan peta, pengennya sih ngikutin rute city tour.. Eh, tapinya, setelah lihat peta kami langsung ternganga… Rutenya jauh banget cuy… apalagi setelah jaraknya dihitung mengikuti kaedah skala peta, duh, ngebayanginnya aja udah keringetan… pas kami lagi galau penuh dilema, salah satu staf hostel masuk ke dorm kami,, langsung saja kami berondong dia untuk booking city tour (ps : waktu ngomong ke si mas-mas ini, kami berdua belum mandi dan gosok gigi. Untung dia kagak pingsan… Jam menunjukkan pk. 06.45 waktu HCMC). Dia bilang, dia akan tanyakan ke travel agentnya. Kami sangat optimis,,,mis,,,mis,,, jadi langsung ngebut beres-beres dan mandi… Pas saya mandi, mas-mas itu memberi tahu papi, bahwa kami bisa ikut city tour,,, uhuyyyy… langsung senang tingkat tinggi.

Saya lupa mencatat travel agent yang membawa kami pada city tour ini. Awalnya sempat bete juga, soalnya mobilnya hanya tipe elf, dan dimuati dengan 12 orang, pake kursi tambahan yang harus dilipat setiap mau naik dan turun.. Duduknya nempel-nempel, untungnya nempelnya ama orang bule ganteng,,, gak rugi deh,,, hihihi…. Tapinya yah,,, ACnya kagak kerasa… sehingga, baunya semerbak,,, Nah, mobil ini ditukar dengan bus, pas kami mau mengunjungi pusat kerajinan kayu. Mungkin supaya memperbesar space buat mereka yang beli oleh2 kerajinan kayu, yang ukurannya gaban…

Guidenya TOP bgt Bahasa Inggrisnya. Harganya 8 US$/ orang, dapat subsidi makan siang seharga 1 US$ (kami waktu itu nombok 95000 VND => sekitar 4,5 US$.
Rute : War Remnant Museum – Toko Kopi Yiet Lai Huong di Vo Thi Sau (gratis teh atau kopi) – Thien Hau Temple – Binh Tay Market (China Town) – Reunification Palace – Toko Kerajinan Kayu (lupa namanya) – Notre Dame Cathedral – Central Post Office. Harga ini tidak termasuk tiket masuk ke War Remnant Museum (15000 VND), dan reunification palace (30000 VND). Berangkat pk. 09:00 dan kembali pk. 16.30.

Malam itu, menjelang pukul 20.30, kami melangkahkan kaki ke travel agent tempat kami memesan night bus ke Siem Reap. Mereka akan tutup pukul 21.30, dan kami harus pindah menunggu bus di travel agent yang lain (yang malam sebelumnya kami tolak penawarannya… alhasil waktu kami nunggu disana, kami kena disindir-sindir deh,,,).

Ini alamat tour agennya :
1. Lac Hong Tours (tempat kami pesan tiket)
Alamat : 355 Pham Ngu Lao St, District 1, HCMC.
Tel : +84 (08) 39205852/ 39207367
fax : +84 (08) 38364907
hotline : 0908 559866
web : http://www.lachongtours.com
email : stc@lachongtours.com
jadwal keberangkatan :
Phnom Penh setiap jam, mulai pk. 06.45 hingga 15.00, dan 23.45, harga 230000 VND (sekitar 12 US $)
Siem Reap : 6.45, 8.00, 23.45 harga 360000 VND (sekitar 18 US$)
Sihanouk Ville : 6.45, 8.00, 23.45 harga 360000 VND (sekitar 18 US$)

2. Mekong Lighthouse (pos penjemputan)
Alamat : 36 Do Quang Dau st, district 1 (tikungan besar di sisi kiri jalan Pham Ngu Lao)
tel : +84 (08) 73080306
fax : +84 (08) 7301 0306
web : http://www.mekonglighthouse.net
email : mekonglighthouse.travel@gmail.com

Rencananya sih, itu bus berangkat jam 23.45. Tapi rencana hanya tinggal rencana… O,iya, sebelum bus datang, salah seorang staff (yang kayaknya orang Kamboja) sudah membagikan dokumen exit permit (buat turis yang tidak butuh visa), dan dokumen untuk pengajuan visa. Para bule-bule ini harus membayar 25 US$ (sempat ada yang protes, kok, masuk dari Thailand ke Kamboja hanya dikenakan 20 US$, kenapa disini lebih mahal? dan staff bus itu hanya menjawab : hey, bro, saya asli orang Kamboja, dan saya tahu semua tentang Kamboja, termasuk biaya visa ini…) dan mengumpulkan foto.

Aktualnya, bus berangkat menjelang jam 01.30… alias menunggu sampai semua penumpang datang, dan menyelesaikan dokumen yang diperlukan.. Ternyata ada juga yang dijemput di depan hostelnya masing-masing. Saat menunggu bus ini, kami bertemu dengan WNI asal Makasar yang bernama Chaerul. Wuih, rasanya suenengg banget, bisa ngobrol pakai Bahasa Indonesia tanpa ada yang mengerti,,,hihihi,,,

Bus akhirnya datang juga,,, busnya setinggi bus tingkat… Merknya Virak Buntham. Bagian bawah bus adalah bagasi, sedangkan bagian atas adalah tempat penumpang. Kursinya bentuk selonjoran, reclining seat gitu… Kakinya nggak ngegantung deh,,, jarak badan dengan langit-langit bus hanya sekitar beberapa puluh cm aja, jadi serasa ada di dalam confined space deh… Awalnya, kami tak rela berpisah dengan tas-tas kami, juga dengan sepatu kami. Tapi akhirnya, terpaksa kami relakan perpisahan itu. Kalau tas dan sepatu dibawa, kami gak akan bisa tidur dengan pewe, soalnya sempit. Ukuran bangkunya benar-benar selebar badan saja. Terus, dua bangku didempet jadi satu, jadi beneran sempit deh..

Di setiap bangku disediakan selimut, yah lumayan juga, karena ACnya dingin,,, awalnya sih enak duduk selonjoran, tapi lama-lama, jadi pegel,, dan makin lama jadi pegel banget,,,mana area gerak terbatas,,,wah menderita dah… trus kalau lagi sial, aroma kaki penumpang yang duduk di belakang kita bakalan tercium harum semerbak…. hehehe

Ada untungnya juga itu bus berangkat terlambat, soalnya kalau berangkat on time, pasti nunggu di perbatasan lebih lama lagi. Kami tiba di perbatasan Bavet pk. 03.00, so harus menunggu 3 jam sampai perbatasan dibuka pada pukul 06.00 (perbatasan akan tutup pada pk 18.00 di sore hari). Bus tetap menyalakan AC, dengan sistem 15 menit nyala, dan 15 menit mati. Pas saat AC mati kami kegerahan tingkat tinggi. Akhirnya seorang penumpang protes sehingga AC dinyalakan terus. Hasilnya : kedinginan tingkat tinggi,,,,

Walau harus mlintir-mlintir selama 3 jam di atas bus, tapi kami semua ogah turun… Sayang banget waktu tidur disia-siakan. Apalagi siangnya habis menguras energi… wah, mending maksa tidur aja dah…

Lewat perbatasan, kami se-bus makan pagi di sisi Kamboja, plus ke WC dsb2.. Saking ngantuknya, saya tidur lagi, dan baru dibangunkan saat tiba di terminal ferry Neak Long. Wah,,, kami naik kapal menyeberangi Mekong,,, kapalnya mini, tapi terbuka, yang naik : bus, truk, motor, mobil, sagala aya,,, mantab,,, Tapi setelah lewat Neak Long, saya tidur lagi,,,sampai ketemu macet di tengah jalan.. Saya memandangi penumpang yang lain, yang sama-sama udah mati gaya,, ada yang udah pamer body dan underwear. Di seberang kami duduklah dua orang pria Korea yang kocak abis,,, tidurnya udah muter kayak atlet senam, kakinya udah pada di jok bagian kepala, yang satunya ngorok kenceng banget. Setiap dia ngorok, temennya langsung nyikut-nyikut. Tapi saat dia terlelap, ngoroknya mulai lagi. Jadilah siklus ngorok-sikut-diem-ngorok-sikut lagi berlangsung terus sampai saya ngakak. Gara-gara saya ketawa itu, mereka jadi bangun.. Padahal baru aja dapet hiburan gratis…

Bus sampai di Phnom Penh jam 11.30, dan kami ditransfer di agen Virak Buntham di street 106 yang dekat pinggir kali seberang lapangan Phsar Chmey. Semua yang menuju Siem Reap, Sihanoukville, Battambang dari HCMC akan ditransfer disini. Bus baru datang pk. 12.30 jadi kami sempat makan siang di warung dekat situ. Aktualnya bus berangkat pukul 13.00… ah,,, lagi-lagi ngaret,,,,

Bus kali ini (untunglah) bertipe sitting bus… Tapi, gayanya udah kaya bus umum ajah,, setiap ada penumpang yang nyetop di pinggir jalan langsung deh dinaikin,, jalannya juga lambat banget, ditambah lagi National Road no.6 lagi diperbaiki dan sebagian rusak parah, jadi sempat mengalami macet lumayan lama,,,

Sepanjang jalan kami dihibur dengan film-film Mandarin yang sudah didubbing dengan Bahasa Khmer, terus ada juga karaoke lagu-lagu Khmer, dan juga dialog lawakan (saya juga gak ngarti, tapi penonton yang asli sono pada ketawa, so pasti ini lawakan kan?).

Bus dua kali berhenti, yang pertama di sekitar Span, sekitar jam 14.00 untuk makan siang (wedeh, telat banget yaa,,), yang kedua pukul 17.00 di Kampong Thom. Setelah berkali-kali tidur, bangun, nonton, ketawa-ketawa, ngobrol, ngantuk, tidur lagi, eh bus belum nyampe-nyampe juga,,, ampe mati gaya part 2,,, matahari tenggelam,,, masih juga belum nyampe,,, nonton film udah sampai bete,,, belum juga nyampe,,, ampun,,, sekitar jam 19.00 lewat banyak, barulah kami sampai di terminal Siem Reap.. pantat udah gak berbentuk dah,,,

Petualangan kami kemudian dilanjutkan di atas tuk-tuk,,,

Tuk-tuk ini dipesankan oleh agen Virak Buntham di Phnom Penh. Kami meminta ke driver tuk-tuk untuk diantarkan dulu ke agen bus untuk memesan night bus ke Phnom Penh keesokan harinya. Maklum parno kehabisan tiket,, dan ternyata kami sangat berjodoh dengan Virak Buntham…hehehe

Setelah tiba di hostel, driver tuk-tuk yang mengaku namanya Trea ini menawarkan untuk mengantar kami ke Angkor Wat. Ia menawarkan harga 25 US$ untuk perjalanan small circle (untuk perjalanan satu hari, kita hanya bisa mengunjungi small circle saja : Ta Prohm – Takeo – Angkor Thom (Terrace of the Leper King, Terrace of The Elephants-Phimeneakas-Baphuon-Bayon) – Angkor Wat-Phnom Bakheng)) yang dimulai pk. 08.00 hingga sunset, sedangkan untuk perjalanan yang dimulai dari sunrise, ia meminta sebesar 30 US$, soalnya kan harus bangun pagi,,, itu katanya,,, O, ya dari terminal sampai hostel kami dikenai tarif 3 US$, padahal menurut agen Virak, tuk-tuk itu free, alias gratis,,,

Di sepanjang jalan, banyak ditawarkan tour ke Angkor seharga 15 US$/ pax, dan menurut referensi kami, biaya tuk-tuk sehari ke Angkor hanya sebesar 15 US$. Wah, kayaknya kami kemahalan deh,,,

Kami meminta nomornya dia, dan dia sempat curiga bahwa kami tidak percaya dengan dia,,, tapi akhirnya dikasih kok,, bahkan dia memberikan nomor saudaranya yang juga narik tuk-tuk di Phnom Penh. Nih nomornya Trea +8550887008329. Dicoba aja, kalo ga nyambung, coba hilangkan angka 0 setelah 855. Dan ini nomor saudaranya yang di Phnom Penh : Chein +8550975671516. Trea ini bersedia dihutangin, tapi dia bilang alangkah baiknya kalau dibayar minimal separuhnya dulu. Kami bayar dulu 15 US$, dan sisanya dibayar besok setelah Angkor dijelajahi sampai tuntas.

Sistemnya simple, sebelum kita masuk komplek, si Trea akan tanya, kita butuh waktu berapa lama di dalam komplek itu (waktu itu sempet bingung juga,,,  kami kan ga pernah kesitu, mana tahu akan butuh waktu berapa lama untuk keliling,,, Makanya waktu itu saya tanya ke dia, “biasanya berapa lama, bang? kita pasrah aja deh ama situ…”). Nah setelah kesepakatan waktu disetujui, dia lalu menentukan titik pertemuannya. Nah setelah selesai perjanjian tsb, kita dilepas deh ke dalam komplek candi.

Tapi,,, Trea ini harus kursus Bahasa Inggris… jadi ketika kami ingkar janji waktu ketemuan di west exit Bayon (janjiannya jam 13.30, kami baru nongol jam 15.30), Trea harus melimpahkan tugasnya mengangkut kami ke temannya. Temannya mengangkut kami dari Bayon sampai Angkor Wat. Harus bayar pula 3 US$,, kata dia, ntar potong aja bayarannya si Trea,,,

Tapi, karena kami salut dengan usahanya Trea yang mau kursus Bahasa Inggris, maka kami gak tega motong ongkosnya si Trea ini… PS : Bahasa Inggrisnya Trea bagus lho,, lebih bagus dari saya,,, hiks,,,

Malam itu juga kami bersiap-siap untuk naik bus malam ke Phnom Penh. Janjinya kami bakal dijemput di hostel jam 23.00. Tapi sampai waktu yang sudah dijanjikan, bus dan tim penjemputnya gak datang-datang,, saya mulai panik, untunglah ada 2 bule yang senasib dengan kami, mereka berniat ke Sihanoukville pakai Virak Buntham juga. Menjelang jam 00.00, saya nekad untuk menelepon agen Virak. Ternyata kami berempat akan dijemput dengan tuk-tuk di hostel. Saya menyampaikan itu kepada salah satu bule yang mirip banget ama Christian Sugiono. kami berempat akhirnya mepet2 duduk dalam satu tuk-tuk. Eh teryata agen busnya gak terlalu jauh dari hostel.. Tau gini sih, tadi ngesot aje,,, gak usah buang energi untuk panik,,, cabe deh…

Ternyata lagi, semua yang ke Phnom Penh dan Sihanoukville disatukan dalam satu bus untuk nantinya transit di Phnom Penh. Jadi kami satu bus lagi dengan kembaran Christian Sugiono… hihihi… si bule ini berhasil menurunkan derajat Bahasa Inggris saya dari level duduk jadi level jongkok lagi,, soalnya setiap ngomong ama dia saya gugup banget, jadilah Bahasa Inggris saya ngawur kemana-mana..

Dan, ternyata juga, di sleeping bus ini, saya gak sebangku sama papi.. Saya dapet rekan sebangku seorang perempuan Brazil, papi dapet teman bapak-bapak asli Kamboja,, tapi karena udah ngantuk, jadinya sebodo amatlah, langsung aja tidur… sempat mendusin satu kali sih, dan tidur lagi sampai tiba di Phnom Penh sekitar pk. 06.00.

Di Phnom Penh, kami hanya ikut tour sekali saja, dengan tuk-tuk langganan hostel, yakni ke Tuol Sleng dan Choeng Ek. Harganya 12 US$. Tour dimulai pk. 08.00 dan tiba lagi di hostel sekitar pk.13.00. Lumayan puas sih, serasa naik delman di tengah kota,,hehehe,, anginnya kenceng memicu rasa kantuk,,, sistemnya sama dengan tuk-tuk Angkor, yaitu dia antar kita di satu tempat, lalu janjian jam berapa ketemuan lagi.

Sisa satu setengah hari di Phnom Penh, kami habiskan dengan jalan-jalan sendiri di atas kedua kaki masing-masing,,, justru enakan begini, karena kami mendapatkan banyak kejutan yang tidak pernah disebutkan di buku. Salah satunya adalah, kami menemukan penyeberangan ferry dari Phnom Penh ke sisi Arey Ksat di Propinsi Kandal. Wah, beneran mencicipi menyeberang Mekong. Harga tiketnya juga hanya 500 Riel (1 US$ = 4000 Riel) per orang. Murah banget kannn…. Mekong,,, oh Mekong,,,ini baru beneran Mekong,,,

Uh, rasanya surprise banget,,nyebrang Mekong barengan dengan warga asli Kamboja, bersama mobil-mobil dan motor-motor. Di atas kapal kecil ini ada kafetaria juga lho…

Di atas kapal saya sempat disangka orang Thailand, waktu saya bilang saya bukan orang Thailand, ia menebak saya dari Malaysia. Begitu saya bilang saya asli Indonesia, mereka malah bingung, Indonesia itu ada dimana ya? ih sedih banget rasanya,,, Indonesia itu kan negara ASEAN yang paling besar,,, duh,,kok kalian gak kenal sih,,,

Malam itu kami bersiap-siap untuk meninggalkan Kamboja. Kami sudah booking bus malam ke HCMC via hostel, dan lagi-lagi,,, ngaret.com. Janjinya kami akan dijemput di hostel jam 23.00, dengan catatan, kalau sampai menjelang jam 00.00 belum dijemput sebaiknya kami jalan saja ke agen Virak, yang jaraknya sekitar 10 menit dari hostel. Nah, beneran aja, gak dijemput-jemput, hingga akhirnya kami putuskan untuk jalan ke agen. Bus baru datang menjelang jam 1.00.

Kami dapat sitting bus,,, dan karena saya udah ngantuk tingkat tinggi, saya langsung terlelap blas blas,, Sitting bus ini ternyata membuat saya merasa lebih nyaman, dan tidur saya lebih nyenyak,, walaupun pegal juga sih,,,

Kata papi sih, bus berangkat jam 1.30, dan lewat rute yang berbeda, yaitu tidak melewati penyebrangan Neak Long. Saya sempat mendusin dan melihat jalanannya gelap banget, hampir gak ada rumah-rumah di sepanjang jalan. Spooky dan ngeri deh, udah gitu jalanannya rusak banget… Bus sempat berhenti untuk istirahat sekitar pukul 4.30, dan menjelang perbatasan, kami makan pagi dulu (di tempat yang sama seperti saat kami masuk Kamboja). Tiba di perbatasan jam 7 pagi, so nggak nunggu buka pos dulu deh…

nih, webnya Virak Buntham, yang sangat berjodoh dengan kami,,, vettours.com/index.php/schedules
atau http://www.cambodia-entertainment.com/http_v2/cem_transport_bus_virakbuntham.html

Karena banyak lampu merah dan kemacetan yang nggak kira-kira, kami tiba di HCMC pukul 11.30 siang,,, serba nanggung,,jadwal pesawat kami masih jam 20.20.. mau keliling tapi energi sudah habis, alhasil kami putuskan untuk menunggu di bandara saja.

Tapi jiwa petualang kami belum habis. Kami memutuskan untuk naik bus kota no,152 dari Terminal Ben Tanh ke bandara. Kendala muncul: bus yang ke arah bandara masuk di jalur mana ya? untungnya ada orang yang bersedia nunjukin. Trus bayarnya gimana ya? beli tiket dulu? atau di atas? Nah, pas ada bus masuk terminal, kami langsung tanyai bue yang baru turun, dia agak shock begitu diberondong pertanyaan, untungnya dia masih mau jawab, katanya beli tiketnya di atas. Jadi begitu naik bus, kita langsung kasih uang ke sopirnya, kembalian hanya ada dalam bentuk koin lho… Sopir bus akan memberikan tiketnya yang seharga 5000 Dong/ orang. Busnya berAC, dan di atas bus ditayangkan bagaimana prosedur pembayaran bus, sampai ke iklan layanan masyarakat yang cukup informatif.

Akhirnya kami tiba dengan selamat di bandara Tan Son Nhat… lumayan bete dan ngantuk juga menunggu sekitar 7 jam di bandara… Tapi kami sudah mencicip macam-macam kendaraan : sleeping bus, sitting bus, tuk-tuk, bus umum, ferry, dan yang terpenting : sepasang kaki kami,,, Puas.. Puas,,,

Kamboja,,,aku akan kembali…

Additional Note :
Tarif night bus Ho Chi Minh City – Siem Reap = 18 US$/pax (18 jam. Untuk perjalanan siang ± 12 jam)
Tarif night bus Siem Reap – Phnom Penh = 14 US$/pax (6 jam)
Tarif night bus Phnom Penh – Ho Chi Minh City = 15 US$/pax (9 jam. Untuk perjalanan siang ± 6 jam
Kok mahalan ongkos pulangnya yaaa….

8 thoughts on “Serpihan cerita dari Vietnam dan Cambodia : city tour? sleeping bus? sitting bus? bus umum? siapppp!!!”

  1. makasih infonya ^^ mbak2 *sok kenal* akhirnya nemo info ttg bus malam ..tp so far aman kan?^^ rencannya mau pake bus malam dr siam riep ke ho chi min biar hemat waktu .. ga nemu web yang jual kebanyakan jalan pagi , jadi musti ke travel agent aja yah? oya Virak Buntham ini nama bus perusahaannya? ^^ hihi sorry nanyanya banyak ..

    1. Halo,mbak, salam kenal juga … so far sih aman,cuma barang2 berharganya dipisah di satu tas sendiri dan dibawa bobok, alias ga masuk ke bagasi…hehehe
      Yup…virak buntham itu nama perusahaan busnya,,,monggo dibuka web yg aku cantumin di atas ya,mbak.. untuk pesen online aku ga ngerti juga, di webnya sih ada menu booking online,tapi kalo menurutku lebih enak lewat agen atau hotel, in case kalau mendadak berubah jadwal..kalau dr siem reap ke HCMC mungkin harus nyambung bus lagi di phnom penh, karena waktu dr HCMC ke siem reap juga hanya sampai phnom penh. aku cek di webnya hanya ada bus dr Siem reap sampai phnom penh saja dan tidak ada schedule sampai HCMC. Tapi berarti kalau dr siem reap malam,akan sampai di phnom penh pagi sekitar jam setengah 7. dan harus nyambung bus lain dr phnom penh ke saigon (kalau mau langsung berangkat). tadi saya cek juga di web,sepertinya kalau virak hanya ada bus malam dr phnom penh ke saigon (yg di jadwalnya jam 12 malam, tapi aktual berangkat sekitar 1.30 malam) dan tidak ada bus yg berangkat siang… mungkin usulku sih sambil menunggu malam, keliling2 dulu di phnom penh…. kotanya cantik dan bersejarah….

      1. makasih buat “penerangannya ……^^ dtgnya kebalik neh bsk sptna dr phonm pen , baru ke siam riep baru ke HCM krn mau ke hanoi juga *XD baru plan ..setelah ubek2 mang ga ada bus malam dr SR ke HCM lgs ..kebanyakan dr PP [ tp thanks at least ada bayangan skrg ..]

  2. hi salam kenal mbak 🙂
    aku cuma mau nambahin info mengenai orang kamboja mengenal indonesia biasanya dengan indonisi..
    dan di sihanoukville & kandal provinsi sekarang sudah banyak orang indonesia yang menetap
    jadi mereka warga local sekarang malahan banyak loh yang fasih bahasa indo.. karena sudah terjadi perkawinan antara orang kamboja-indo dan kalau di kandal banyak vietnam – indo karena kandal province berbatasan langsung dengan long bihn vietnam

Leave a comment